Thursday 20 June 2019

Mampukah Aku Bertahan?

0 comments
Medan, 19 Juni 2019

 

Dalam setiap keluh kesah tentang beribu rasa, aku mengetahui ada hal yang tak biasa. Dalam dekapan hatiku, aku merindukan sosoknya. Bukan tentang aku yang kerap menghiraukannya, tapi tentang aku yang berusaha tenang di depannya padahal aku sangat bahagia.


Bagaimana mungkin? Sesosok hati yang dulunya kubenci lantas memberikanku kebahagiaan yang berarti. Dia, yang selalu berusaha membuatku tersenyum. Dia, yang jika aku marah berusaha untuk tetap berbicara padaku. Dia, yang jika aku bosan selalu membantuku menghilangkan jenuh.


Hanya saja setelah tak berapa kali bertemu, rasa itu hilang sudah. Tiada lagi degupan jantung yang dulu kerap menyiksaku. Tiada lagi senyum sumringah saat bertemu dengannya. Bahagiaku seakan lenyap begitu saja. Mungkin beberapa orang mengerti, tapi beberapa lainnya hanya bisa menyaksikan. Betapa aku bukan diriku yang dulu.


Perasaan mencintaiku hilang sudah, aku tidak mencintai seorang pun, di luar dari keluargaku. Rasanya sudah mati, entah termakan api. Aku benar-benar linglung akan kiasan balik yang terjadi. Apalagi sejak laptopku rusak karena banjir, hidupku terasa hampa. Tiada lagi tulisan-tulisan yang kerap kupertahankan agar kubaca setiap hari, tiada lagi foto-foto lamaku yang selalu kusembunyikan. Semuanya hilang sudah.


Kalau bukan karena orang tua yang selalu menjadi motivasiku untuk tetap berjuang, takkan mungkin aku memilih untuk berada di dunia yang berdarah-darah ini. Berat rasanya, kebahagiaanku seakan hilang ditelan peristiwa itu, Aku ingin merasakan senyum bahagia, tanpa fake smile yang membuatku sadar, aku butuh waktu luang.


Aku ingin kembali mencintai, tapi seperti aku lupa bagaimana caranya, hatiku sudah mati rasa. Banyaknya tekanan dalam hidup membuatku menjadi orang yang keras dan tidak tahu lemah lembut. Berulang kali aku menyadarkan diri harus bersikap rendah hati, namun nyatanya egoku tak terkendali. Aku merasa teman-temanku mulai menjauh, kesehatanku semakin berkurang, dan senyumku seakan tak berbekas.


Mampukah aku bertahan?

Setelah sekian raga kupertaruhkan, waktu yang kubuang, dan peluh yang tak terkira?

Nyatanya aku tak sudi untuk berbalik.

Tak sudi untuk tetap mengeluh dan putus asa.
Walaupun aku tahu ujungnya seperti apa.

Terima kasih untuk tetap mendukungku sejauh ini.

Terima kasih untuk tetap memberikanku apa yang kubutuhkan.
Terima kasih untuk yang bersedia meluangkan waktu bersamaku dan menghiburku.
Semoga tulisan ini mampu menyiratkan betapa pedihnya hati yang telah mati, yang dulu pernah berusaha sekuat tenaga bangkit namun nyatanya harus diterkam kenyataan pahit.
Keinginanku besar untuk mengubah segalanya.
Tapi seakan tidak mungkin, segalanya hanya bisa kupasrahkan pada Yang Maha Kuasa.

 Ttd.

SRH

Leave a Reply

Terima Kasih telah membaca. Akan sangat dihargai jika diberi kritik dan saran juga hal menarik lainnya yang akan dibahas :)

Labels

Cerpen (37) Wacana (18) Artikel (12) Puisi (8) Drabble (7) Sad Story (7) Review Blog (3) Ulasan (3) Essay (2) Lagi Viral (2) Resensi (2) Review Film (2) Review Series (2) Tips (2) Biografi (1) Quotes (1)