“If they were easy, they’d call them something else,”
“Lebih dari sembilan puluh persen struktur
genetika primata mirip dengan manusia,” ujar perempuan bertubuh tinggi dengan
rambut pendek sebahu.
“Putri, bila memang itu benar, lalu kenapa
tidak monyet maupun primata yang lain dijadikan sebagai bahan percobaan?” tanya
siswa berkacamata bernama Yodi.
“Ya. Dan anda bisa jelaskan kenapa monyet atau
sejenisnya dilarang untuk percobaan,” balas Putri sambil kembali melanjutkan
penjelasannya.
Yodi hanya bisa bungkam mendengar pernyataan
Putri. Sebenarnya pertanyaan itu memang tidak wajar dipertanyakan karena
menyangkut hal yang pasti.
Primata merupakan hewan yang dilindungi agar
tidak menyebabkan kepunahan. Monyet maupun primata lain yang dijadikan
percobaan secara moral, dianggap tidak etis. Hal inilah yang jelas membuat Yodi
tidak bisa berkata-kata.
Berbeda dengan Rachel yang lebih memilih
menghayal tanpa memberikan suatu pertanyaan. Bahkan saat semua orang
menatapnya, Rachel bahkan tidak peduli.
Ia pribadi yang lebih memilih kemauannya.
Tidak ingin memaksakan sesuatu yang tidak menarik perhatiannya.
“Rachel, pernah mendengar istilah kelinci
percobaan atau tikus lab?” tanya laki-laki di samping Rachel yang memakai bet
nama Hardi.
Rachel masih melamun sampai tepukan Hardi
membuatnya bangun dan mencoba mendengar pertanyaan ulang yang dilontarkan
Hardi.
“Kau tahu aku tidak pernah tertarik dengan hal
itu, aku hanya ingin menjadi sutradara,” jawab Rachel pelan seperti berbisik
pada Hardi yang diam-diam menghela napas.
“Rachel, ayolah, ini menyenangkan.” Kemudian
Hardi maju perlahan dan berdiri di samping Putri yang masih mengutarakan
kesimpulan dari setiap buku yang dibacanya.
Putri sangat senang bila ada seseorang yang
mau menggantikannya menjelaskan sesuatu untuk semua siswa yang berada di kelas.
Putri yang sedang memberi penjelasan itu pun membiarkan Hardi yang berbicara.
“Uji coba—khususnya uji coba obat-obatan—untuk
melihat hasilnya, para ilmuwan sering menggunakan hewan untuk diuji sebelum
digunakan pada manusia. Pernah mendengar kelinci percobaan?” tanya Hardi
antusias sambil tersenyum lepas pada semua orang yang berada dalam kelas.
“Kelinci percobaan? Itu sama seperti kau ingin
menguji coba sesuatu,” jawab perempuan berambut pendek setelinga setelah
sebelumnya mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan Hardi.
“Bahkan jika yang diuji bukan kelinci, Verani?”
tanya Hardi sambil mendelikkan bahunya dan menatap intens teman-teman
sekitarnya terutama Verani yang sebelumnya menjawab pertanyaannya.
Kelas itu kemudian menjadi sunyi. Keheningan
merajalela, bahkan seluk beluk kegiatan dipersempit. Mereka mulai memikirkan
pertanyaan yang dilontarkan Hardi bersamaan dengan penjelasan yang diberikan
Putri.
“If they
were easy, they’d call them something else,” kata
Rachel memecah keheningan yang terjadi selama beberapa menit yang lalu.
Hardi menjentikkan jarinya sambil berkata, “Exactly”.
Semua orang menatap Rachel yang masih bingung
akan perkataannya sendiri. Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulutnya.
Tak terkecuali Yodi yang mulai merangkum penjelasan Putri dengan pertanyaan
Hardi.
“Ada suatu alasan kenapa kelinci percobaan
dijadikan istilah. Seperti yang dikatakan Putri, primata tidak bisa dijadikan
percobaan karena hewan tersebut dilindungi, sebaliknya, mungkin para ilmuwan
mencari hewan yang lebih baik untuk dijadikan percobaan,” jelas Yodi sambil
menatap Hardi yang tersenyum setuju.
“Kedengarannya seperti istilah tikus lab
karena hewan itu sering dipakai dalam laboratorium,” sambung Okta sambil
tersenyum menang menatap Hardi.
“Setiap hewan yang diuji coba harus relatif
bersih dan tidak asal dipilih, karena ini menyangkut nyawa bila dikaitkan
dengan manusia. Hal inilah yang mendasari ilmuwan untuk lebih memilih kelinci
dari hewan lainnya. Bagaimana bila kelinci memiliki kelebihan selain itu?”
Hardi mengakhiri penjelasannya dengan suatu pertanyaan yang jawabannya belum
pasti.
Namun, di setiap menit yang mereka
perdebatkan, bibit-bibit muncul dari siswa-siswa yang berbakat. Rachel bukan
tipe orang yang ingin memikirkan hewan maupun hal yang ada kaitannya dengan
biologi, fisika, maupun kimia. Tapi selama dua tahun ia menjalani rutinitas
SMAnya, ada kemungkinan segalanya mungkin berubah.
“Aku bukanlah Tuhan, yang menciptakan semua
hewan maupun manusia di dunia ini adalah Tuhan, tapi aku bisa menjadi Tuhan
bagi film yang ku ciptakan sendiri, sebuah film yang penuh dengan rangkaian
peristiwa terkait alam dan buatan, yang sejujurnya hanya sutradaralah yang
menginginkan hal semacam itu, termasuk diriku sendiri,” jelas Rachel saat ia
ditanyai mengenai cita-citanya di penghujung semester 6.
“And Hardi, do you have any idea to
choose someone that agrees to be my guinea pig?” tanya Rachel yang sontak
membuat semua orang tertawa.
Guinea pig merupakan idiom yang berarti
“kelinci percobaan” dalam bahasa Inggris. Istilah ini lebih cenderung untuk
hewan seperti marmut maupun tikus Belanda, namun dalam hal ini, guinea pig
dapat disebut kelinci percobaan atau hewan yang sering diuji coba.
“Kalian tahu, kita berhasil lulus dari tempat
ini, aku yakin kalian akan senang hati membiarkanku melanjutkan misiku dan
kalian melanjutkan misi kalian. I love
you so much,guys.” Rachel menutup pidatonya sambil menuruni podium di
tengah ratusan siswa-siswi sebayanya.
Dan di suatu pagi saat ia terbangun, kehidupan
yang dinantinya datang begitu saja. Tanpa terasa, semuanya benar-benar berubah.
“Kau menemukannya.” Laki-laki itu tersenyum
senang saat hal yang dinantikannya terwujud. Telinga hewan itu panjang dan
kulitnya berwarna putih.
“Setidaknya aku sudah memiliki Bharal,” ucap
perempuan berbando merah dengan rambut lurus sepinggang.
“Rachel, kau tahu aku akan selalu menang
bukan?” tanya laki-laki itu pada perempuan yang ternyata bernama Rachel.
“Jangan terlalu berharap, Hardi.” Rachel
kemudian tertawa sambil berlalu pergi meninggalkan Hardi yang masih bingung
sambil mendelik bahunya.
Bagaimana tidak? Hewan pemakan wortel itu
adalah hewan kecil dan lucu yang memiliki kecepatan dan kemampuan melompat yang
sangat baik.
Kelinci bahkan dapat berlari dengan kecepatan
72 km/jam. Itu alasan mengapa Hardi masih bingung mendapati respon Rachel yang
biasa saja.
“Seekor bharal?” tanya Hardi pada kelinci yang
masih tersenyum sambil mengigit wortelnya. Sebuah wortel yang Hardi bentuk
seperti kunci hingga membuat kelinci itu menganga lebar dan satu gigi atas dan
bawah kelinci itu kelihatan layaknya manusia tersenyum ceria.
Bharal merupakan hewan sejenis kambing yang
memiliki tanduk besar dan kuat. Hidup di pegunungan dan habitat asli bharal
adalah di Himalaya.
Selain itu, bharal merupakan hewan dengan
kemampuan melompat yang sangat baik dari kalangan hewan lainnya karena dapat
melompat dari tebing dan bukit.
Hewan itu tidak mungkin dapat ditangkap
semudah itu, dan Rachel akan memunculkan bharal hanya dalam filmnya sendiri,
itu sebab mengapa Rachel dapat melakukan apa saja, dan Hardi tidak bisa
berharap lebih dari apapun yang dihasilkannya.
Satu hal yang Hardi sadari, ternyata kelinci
masih memiliki kelebihan lebih dari yang disimpulkannya dulu, dan pasti akan menemukannya.
Karena setiap pendapat memiliki fakta, dan kesimpulan memiliki hasil yang
pasti.
***
#OneDayOnePost
#RWCOdopBatch7
#OneDayOnePost
#RWCOdopBatch7
Keren ... Fiksi ilmiah ya kak ... Aku jarang suka tulisan yg berbau ilmiah... Karena harus sambil mikir ... Tapi tulisan kakak ni aku suka 👍👍👍
ReplyDeleteHehe iyaaa mba, ini tulisan lama banget, temanya emg scifi. Maaf bikin mikir☺️ maksih yaa
DeleteJadi penasaran dengan isi lengkap buku itu
ReplyDeleteWahh dibaca dgn detail yaa☺️
DeleteIni semacam asal mula kelinci percobaan ya? 😅
ReplyDeleteNahh iyaa. Jadi kelinci percobaan itu inggrisnya guinea pig. Org2 taunya kan beda, itu scifi tp ada cmpuran faktanya sih☺️
Deletekeren banget ini isinya tingkat tinggi hehe
ReplyDeleteBagus kamu suka. Banyak yg gasuka genre scifi. Katanya emg ilmunya agak rumit dicerna😭☺️
DeleteJadi ingin membaca bukunya nih
ReplyDelete😊😊
ReplyDeleteMakasih mba☺️
Deletecheck this website out. one of the best
ReplyDeletehttps://www.seku.ac.ke