“Karena yang tak kasat mata muncul dengan sebab yang nyata.”***
“Lepaskan aku.” Gadis itu berteriak meronta-ronta. Tapi tidak ada yang berani menolongnya. Bahkan saat gadis itu berlari sekuat tenaga, semua orang menghindarinya. Karena yang menggenggam erat gadis itu, makhluk tak kasat mata.
Gadis desa berdandan itu harus mengalami nasib serupa yang
kesekian kalinya. Ketakutan yang teramat dalam dan membuat dirinya sendiri
kesurupan.
Setiap orang yang berada di sekitar wilayah itu, maka
habislah pribadinya, dikuasai sang hantu di gubuk tua itu. Kadang kala warga menemukan gadis lainnya
bernyanyi sendiri seperti orang gila dan meliuk-liukkan badannya sendiri.
“Intinya, rumah di sekitar gubuk itu, sangat rawan hantu,”
ungkap Firman, penjaga desa yang kerap melihat penampakan saat ia masih bertugas.
Sudah banyak polisi dan dukun kondang datang menelusuri
gubuk itu, tapi selalu saja kosong seperti tidak pernah dihuni siapa-siapa.
Sampai suatu ketika, pasangan suami-istri tanpa sengaja
membeli kontrakan di sekitar gubuk itu setelah tiga tahun lamanya tidak pernah
ada pembantaian lagi.
Semua hal tentang gubuk itu, dianggap mitos dan hanya cerita
lama. Mereka bahkan tidak tahu menahu tentang kisah-kisah seram di desa itu. Bahkan
gubuk itu sendiri sudah menjadi rumah besar yang ditempati seorang wanita kaya.
“TOKTOKTOK!” Suara ketukan pintu membuat Fatma, istri Arga
menyudahi urusan dapurnya demi melihat seseorang yang malam-malam berusaha
datang ke rumah.
“Selamat Malam, saya Ratna, pemilik rumah di seberang,
bolehkah saya memberikan parcel ini
sebagai tanda selamat datang dan menjadi tetangga baru saya?” Fatma seketika
tersenyum menampakkan gigi rapinya sambil menyuruh Ratna duduk.
“Wah, terima kasih ya Mbak, pasti suami saya juga senang
jika tahu Mbak Ratna di sini,” ucap Fatma sembari menyiapkan hidangan teh untuk
Ratna.
Beberapa menit kemudian, Arga mengucap salam dan mengecup
istrinya, sadar bahwa ada wanita lain, Arga pun hendak bertanya sebelum Fatma
akhirnya menjelaskan terlebih dahulu perihal Ratna datang.
“Oh iya, makasih Mbak, Ma, aku tunggu di kamar ya, Mas
lelah.” Kalimat itu menutup pembicaraan antara Arga dan Ratna. Saat itu pula,
Ratna memilih pulang dan tersenyum pelan ke arah Fatma.
Selepas kepergian Ratna, Fatma memilih menyusul suaminya,
ini adalah malam pertama mereka di rumah ini, sekaligus malam pertama mereka
sebagai suami istri.
Tapi, belum sempat ia masuk ke kamar, seorang laki-laki
menutup mulutnya dan membawanya paksa. Ingin ia berteriak kalau tidak saja
laki-laki itu adalah suaminya. Mereka hendak memulai malam pertama yang romantis
itu, sebelum Fatma melihat rambut panjang di jendela.
“Mas, i—itu rambut siapa?” tanya Fatma tergagap. Arga
berusaha melarikan pernyataan itu dan memilih menyentuh istrinya. Tapi Fatma
malah tidak fokus dan ketakutan karena penampakan rambut itu terus mengganggu.
“Baiklah, Mas akan lihat.” Arga mendekat ke arah jendela dan
perlahan membukanya. Tiba-tiba sepotong kepala wanita jatuh dengan darah kering
yang melekat.
Spontan Fatma berteriak, dengan Arga yang menenangkan
istrinya sembari memakai baju dan keluar mencari tahu siapa yang sudah
melakukannya.
Tepat saat Arga membuka pintu, Ratna sudah berdiri dengan
rambut ikal sebahunya yang sontak membuat Arga terkejut.
“Aku mendengar suara teriakan dari sini, jadi aku buru-buru
datang, di mana Fatma?” tanya Ratna panik. Arga hanya menunjuk ke kamar dan
berlari ke arah jendela.
“Ratna, kebetulan kau ada di sini, aku melihat rambut itu
seperti terjepit dan saat dibuka ternyata kepala seorang wanita, aku
benar-benar gelisah malam ini.” Fatma menjelaskan dengan nada paniknya.
“Tak apa, sudah biasa hal ini terjadi,” Ratna memeluk Fatma
dan mengelus punggungnya.
Tapi Fatma tertegun, ia bingung dengan penjelasan Ratna
tentang hal biasa terjadi. Apa memang sebelumnya rumah ini berhantu?
“Ya, kira-kira begitu.” Fatma tanpa sadar mengeluarkan isi
pikirannya yang membuat Ratna menjawab.
Saat Ratna mendekat, Fatma memilih berlari keluar dan
menyusul suaminya. Namun pintu itu tiba-tiba tertutup dan membuat Fatma harus
berhenti dan berbalik mencari jalan lain.
Tapi Ratna hanya membuatnya semakin ketakutan dan memilih
menuju dapur sambil mengambil pisau jika terjadi apa-apa. Tapi air di wastafel
malah tiba-tiba menyala dan mengeluarkan darah yang sontak membuat Fatma
berteriak lagi. Ratna berusaha menenangkan Fatma, tapi Fatma malah
mencurigai Ratna yang dalang dibalik semua ini.
“Aku orang baik, aku yang akan menolongmu, tenanglah,” kata
Ratna sambil membuang pisau di tangan Fatma.
“Tolooong!” Suara Arga mengagetkan Fatma dan Ratna. Mereka
langsung melompat dari jendela.
“AWAS FATMA.” Fatma seketika menunduk mendengar instruksi
suaminya. Tepat saat itu, darah menetes dari atap dan mengenai wajah Ratna.
Sontak Fatma berteriak dan menarik Ratna yang masih terdiam.
Pasutri itu bingung, karena Ratna tak kunjung berjalan mengikutinya. Tiba-tiba
Ratna mengambil pisau dan menggunting rambutnya sendiri serta merta bernyanyi
dengan lagu yang tidak pernah Arga maupun Fatma dengar sebelumnya.
Perlahan Ratna duduk dan tiba-tiba meliuk-liukkan badannya.
Fatma bergidik ngeri, jika yang dicurigai juga kesurupan, maka hantu siapa yang
menghuni rumah ini.
Belum sempat Fatma berlari, ia melihat sosok dengan wajah
pucat pasi tanpa mata dengan mulut yang lebar. Di situasi seperti ini, Fatma
tidak bisa berteriak, ia malah berlari dan melindungi suaminya.
“Di-dia di belakangmu, Ga,” ucap Fatma saat berada di
samping Arga sembari pingsan, tak kuat menahan jantungnya yang kian gelisah.
“Siapa kau? Kau sudah menghancurkan hari bahagiaku, apa yang
kau inginkan?” teriak Arga emosi sambil terisak memegang wajah Fatma yang
sangat pucat.
Tiba-tiba muncul kucing hitam yang menggeram, seperti tanda
ingin memperlihatkan sesuatu. Arga dengan pelan mengikutinya sembari
menggendong Fatma.
Tepat di kuburan bertuliskan “Estelle” itu, kucing itu
pergi. Tertulis secarik kertas di atas kuburan itu.
“Aku membenci hari di mana Freddy meninggalkanku. Di saat
harusnya kami malam pertama, ia malah bercinta dengan sahabatku, Elena,
kakaknya Ratna. Aku tahu ini sangat menjijikkan untuknya, tapi aku bersumpah,
aku tidak akan pernah membiarkan kalian bahagia sebelum aku bisa memiliki
Freddy di sisiku.”
Arga membaca surat itu berulang kali dan mulai mengerti.
Harus Ratna yang menyelesaikannya.
Tapi di saat Arga kembali, Ratna sudah ditemukan tergantung
dengan sayatan pisau di lehernya. Fatma yang baru terbangun spontan berteriak
dan memeluk Arga.
“Katakan ini sudah berakhir.” Fatma menangis.
“Sayang, kita akan mengatasi semuanya.” Arga mengelus kepala
istrinya.
Tiba-tiba terdengar suara jejak kaki yang makin mendekat dan
membuat Arga pasrah jika memang
dicabut nyawanya.
“Astaga, kalian tidak apa?” Sesosok Ratna muncul lagi tapi
dengan rambut yang dikuncir kuda dengan baju yang berbeda.
“Ratna? Jadi yang digantung itu siapa?” Arga panik sambil
menunjuk mayat yang disangka Ratna tadi yang ternyata sudah menghilang. Malam
itu, benar-benar malam pertama dan malam terakhir.
Karena setelahnya, Arga dan
Fatma memilih mengganti tempat bulan madu mereka.
Setelah peristiwa itu, diketahui bahwa Elena adalah saudara
kembar Ratna, dan perempuan yang digantung itu mungkin Elena, sementara Freddy
tidak pernah pulang ke rumah, bahkan tidak ada yang tahu kemana Freddy
menghilang. Sementara Ratna, terus berkunjung ke makam Estelle meminta maaf
atas kesalahan kakaknya.
“Hanya aku yang tinggal, sendiri di tempat mengerikan ini.”
Ratna berucap sembari menutup pintu rumahnya.
***
“Karena yang tak kasat
mata muncul dengan sebab yang nyata.”
***