“Mohon
maaf Mba, jika ingin masuk ke dalam silahkan pakai masker terlebih dahulu.”
Husna menghela napas sembari keluar dan menaiki sepeda motornya. Kakaknya di
belakang hanya geleng-geleng kepala lantaran Husna sudah diingatkan oleh Rahma.
“Tuhkan,
aku bilang juga apa. Jadinya bolak-balik gini, kan,” ujar Rahma. Husna membawa
sepeda motor itu dengan hati-hati menuju rumahnya. Di sepanjang jalan, memang
daerah itu punya spanduk bertuliskan, “Daerah Wajib Pakai Masker”. Tapi,
seperti yang dijelaskan tadi, Husna orangnya memang keras kepala.
Sebenarnya yang di pikiran Husna
sepanjang jalan adalah kapan pandemic ini akan berakhir, ia terlalu lelah untuk
tetap berada di rumah. Ia merindukan masa di mana karaokean bersama sahabatnya,
makan bersama, jalan-jalan, dan berfoto di mana pun kita mau. Andai kondisinya
tidak seperti saat ini, orang-orang
selalu was was untuk makan di manapun, berfoto di manapun, takut jika ada orang
lain yang positif COVID 19 dan memegang tempat-tempat di area tersebut.
Seperti yang diketahui banyak orang,
coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada
hewan atau manusia. Bahkan jenis ini bisa menyebabkan infeksi saluran nafas
pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle
East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
“Husna, ditanyain itu sama satpamnya mau
ngapain? Kamu kok melamun terus sepanjang perjalanan.” Rahma menepuk pundak
Husna yang baru tersadar akan lamunannya. Mereka duduk sembari menungu antrian
dan sesekali melihat perkembangan COVID 19. Sudah ada 784 orang yang meninggal
akibat virus mematikan ini di Indonesia. Bahkan ia yang seharusnya kuliah di
luar kota harus mengikuti kuliah online.
Setelah Husna selesai mengurus
m-bankingnya, mereka pun pulang dan seperti biasa membantu ibunda memasak untuk
menyiapkan makan malam. Beberapa kali ibunda terlihat mengeluh sejak bertahan
di tengah COVID 19. Banyak bahan pokok yang naik harganya. Untuk itulah, Husna dan
Rahma selalu membantu ibu berbelanja.
“Kalian harus hati-hati ya, tukang ayam
yang di depan, ada yang terkena corona,” ujar ayahnya. Sebenarnya Husna dan
Rahma sama-sama tahu karena beritanya sudah tersebar. Sebenarnya, tukang
ayamnya tidak kena, hanya saja laki-laki yang kos di situ yang positif, hal ini
diketahui karena laki-laki tersebut mengikuti tes tantara dan berakhir
diisolasi. Untung saja, masyarakat dan pemerintah cepat tanggap sehingga di
kota ini belum ada satu pun yang kena.
Sejak berita ini menyebar, orang-orang
semakin was-was bahkan hampir semua toko memiliki alat untuk menunjukkan suhu
badan untuk meminimalisir corona. Bahkan pekerja-pekerja masih ada yang belum lockdown
karena mata pencaharian mereka hanyalah
bekera di lapangan. Hal itu pula yang dirasakan Dewi, kakak sepupunya.
“Jadi kalian tetap seperti ini? Tanpa
masker?” tanya Husna ketika selesai membeli bahan makanan dan singgah di toko
Dewi.
“Ya, begitulah. Kadang-kadang pembelinya
sering memaksa untuk cepat, padahal tangan kami cuma dua. Selagi pun, di sini
memang orang-orang jarang pakai masker karena komunikasinya lama dan harga
masker pun mahal,” jawab Dewi.
Husna dan Rahma saling melihat satu sama
lain. Mereka tidak tega melihat orang-orang yang bekerja di lapangan tidak
memakai masker dan kemungkinan terjangkit virus mematikan ini. Untuk itulah,
mereka berinisatif untuk membelikan stok masker. Kebetulan teman Rahma ada yang
berjualan masker dan murah.
Keesokan harinya, mereka mendatangi toko
itu lagi, dan kemudian hendak membeli sesuatu kalua tidak saja suara teriakan
itu membuat membuat mereka terkejut. Pemilik toko itu sepertinya terlihat marah
dan membentak pekerjanya. Mereka melihat dengan mata nanar dan kemudian
mendatangi pekerja itu ketika pemilik toko itu pergi.
“Ini, jangan lupa dipakai ya, sekalian
handsanitizernya dibagi-bagi ya,” kata Husna sembari membagikan masker dan
handsanitizer yang sudah mereka pesan.
“Dia memang suka galak, apalagi saat panas
dan ramai begini, terima kasih ya,” jawab Dewi sembari memeluk mereka
berdua.
Kadang-kadang inilah yang dibutuhkan pada
setiap diri manusia. Saling berbagi, saling melindungi satu sama lain. Tidak
mangacuhkan peraturan pemerintah hanya karena kota itu belum terkena virus
mematikan itu. Husna dan Rahma pulang setelah membagikan benda itu. Rutinitas
yang ia lakukan setiap hari adalah kuliah online, begitu pun dengan kakaknya.
Hanya saja, kakaknya lebih sering
menggunakan waktu luang untuk bermain mobile legend daripada belajar. Sedangkan
Husna lebih memilih on social media dan melihat video tiktok orang-orang
khususnya yang lagi viral karena petugasnya adalah perawat COVID 19. Setidaknya
sebagai mahasiswa hanya itulah yang bisa mereka lakukan.