Friday 27 March 2020

HACK? and WORST EXPERIENCE

1 comments


Dalam hidupku, ada banyak hal yang slalu kusesali. Tapi salah satu yang paling aku kecewakan lantaran karna kesalahanku juga adalah masalah "HACK TWITTER" 

HACK atau PHISING atau apalah namanya, yang pasti aku gaakan pernah maafin orang yang ngelakuin itu. Padahal baru kemarin, pagi, aku iseng baca-baca email dan akhirnya aku ngisi objection form itu. Bodohnya aku ga nanya dulu. Dan sekarang akun 21.9K Followersku ilang, i don't have power anymore. Aku selalu membanggakan diriku pada orang-orang bahwa aku adalah seorang influencer. 

Bahkan aku pernah ikut lomba cerita inspiratif dan meraih peringkat 7. Ofcourse i'm proud. Tapi itu ga merubah apa-apa. Aku hanya mendapat sertifikat. But wait, bukan itu yang mau aku bahas. Jadi, di cerita itu aku menceritakan bagaimana perjalanan hidupku dari yang bukan apa-apa hingga menjadi seorang penulis puisi dan influencer di twitter. I'm not kidding, that's true. Aku juga punya buku tentang tulisanku sendiri.

Dan rasanya sakit sekali saat tahu itu semua direnggut. Semua kenanganku menghilang, cukup kurasakan pahitnya dua tahun tanpa twitter karena di suspend, dan sekarang setelah balik menjadi akun besar lalu berubah menjadi akun kecil. Dan aku memang selama ini salah, karena terlalu mengumbar privasi, dari mulai banyaknya mutual yang selalu memberikan aku dukungan, maupun material. Ada juga endorse yang berdatangan yang tak pernah kudapatkan di sosial media mana pun.

Lalu semuanya punah, sirna, aku merelakan semua hal itu. Mutual bukan berarti tidak apa-apa bagiku, tapi mereka masih senantiasa follow aku dan peduli. Aku terharu, aku selalu berucap pada diriku bahwa, okey, aku memang kehilangan akunku, tapi aku tidak akan pernah kehilangan mereka. Thankyou guys. 

Selagi pun ini bukan pertama kalinya aku sial. Pernah juga asramaku kena banjir, hape vivo pemberian ayahku lenyap, laptop pemberian ayahku lenyap. Dan aku sangat sedih sekali, mengingat hal itu tak mungkin terulang karena ayahku juga sekarang udah sakit. Sudah sulit untuk bekerja, fisiknya tak seperti dulu lagi. Dulu yang kekar sekarang kurus tak berdaya. Aku tak sanggup menahan beban seberat itu lantaran aku anak pertama.

Sebisa mungkin mulai dari sekarang aku harus cari uang, tapi yang aku lakukan selama ini berleha-leha bersama twitter, padahal aku punya skill menulis yang harusnya bisa kukembangkan. Ayahku bahkan sering kali mengeluh karena aku hanya bisa terus meminta tanpa pernah memberi. Lagi pula ini memang kewajibanku kan sebagai anak. 

"Lama kali pulak kalian bekerja." Kata-kata itu terus terngiang di pikiranku. Apa yang kulakukan selama ini mungkin selalu kurang,selalu setengah-setengah, mendapatkan IPK yang bagus bukanlah hal yang mudah, dan banyak pengorbanan. Aku selalu mengingat kedua orang tuaku ketika harus bermalas-malasan. Tapi aku adalah orang yang hobi sekali jalan-jalan, dan aku lebih memilih hal itu daripada belajar. 

Bertubi-tubi cobaan datang padaku, kejadiaan banjir itu membuat ijazah ku hampir saja hangus, aku bahkan hampir tidak pernah bersekolah. Aku tidak bisa membayangkan hal semacam itu. Belum lagi di kamarku setelahnya yang penuh dengan kotoran, aku pernah membagikannya melalui twitter, dan lagi-lagi twitterku tidak ada dan tidak akan pernah ada sehingga kenangan itu hanya bisa aku simpan di memoriku.

Aku bukan seseorang yang terkenal, tapi pernah aku berpikir untuk menjadi terkenal. Tapi yang aku lakukan kadang-kadang hanya mempermalukanku, bahwasanya aku pernah diterpa kasus miring oleh teman-temanku, untungnya temanku yang lain mampu menyelesaikannya. Tapi tetap saja tidak bisa menjadikan alasan akun itu harus kubuang.

Terakhir kali aku tweet di twitter adalah, 
"People: I'm nothing without you
Me: "I'm nothing without Twitter"
And then, twitter take it from me.

Akun itu bukan akun baru, aku membuatnya sembilan tahun yang lalu, dari tahun 2011, dan aku yakin pasti kenangan aku dari SMP, dari jaman alaynya ada di situ. Ke mana lagi harus kucari kenangan itu? Tidak cukupkan laptopku yang direnggut dan hardisknya juga tidak kebaca, bahwa hardisk 500GB itu menyimpan kenangan yang nyata dan juga tidak bisa dipulihkan? Kenapa harus direnggut semuanya dariku? Kenapa?

Mungkin aku terngiang, "Apa yang menurutmu baik belum tentu benar-benar baik, dan yang buruk belum tentu benar-benar buruk. Mungkin saja hardisk itu menyimpan bencana, atau akun aku juga bakal menyimpan bencana sehingga dideact." 

"Harusnya aku mengganti kata sandinya kala itu."
"Harusnya aku tidak mengisinya."

Tapi seberapa sering aku mengenang-ngenang hal itu, dia tidak akan pernah kembali. Ia tidak akan pernah pulih, dan aku juga akan pusing sendiri. Jadi aku langsung membuat thread dan ternyata banyak yang relate sama kisah itu. Aku bersyukur mereka bisa terhindar, tapi tetap saja, aku masih merindukan akun itu. Aku minta maaf gaes kalo aku ada salah, aku tidak pernah berniat untuk menyakiti siapa pun, segala yang kulakukan saat aku bercanda dan hatimu sakit, aku minta maaf. Karena aku akan lebih tahu mana yang paling membuatku merasa bersalah saat aku serius tapi lupa saat aku bercanda.

Aku sepenuh hati tidak pernah menginginkan pertengkaran, hanya saja, kuakui memang egoku susah dikuasai, sehingga kadang terkesan marah sendiri. Tapi percayalah, di awal tahun 2019, aku membuat akun itu menjadi sesuatu yang berarti, membuatnya menjadi sebuah diary, tapi aku lupa bahwa itulah hal terakhir kali yang kuingat terjadi. Bahwa sekarang, akun itu tidak akan pernah bisa aku pegang lagi.

Aku memutuskan untuk membuat akun baru, tapi seperti biasa, memulai memang sangat sulit. Apalagi aku tidak ada basic untuk membuat konten-konten seru sehingga twitku masuk ke ig. Lalu banyak orang langsung memfollowku, sepertinya bukan seperti itu cara mainnya. Butuh satu tahun untuk membesarkan akun itu lagi, dan aku mungkin tidak akan fokus pada itu, bukan itu tujuan utamaku. Tapi aku akan fokus pada tulisanku dulu, aku ingin menjadi seorang penulis dari dulu, dan selalu menyimpan naskahnya di komputerku, sayangnya, jaman dulu masih sulit untuk mengirim ke penerbit, dan jaman sekarang udah canggih tapi aku masih sangat bodoh untuk tidak memulainya.

Thankyou for who read this, aku membuat ini agar aku sedikit lega. Begitu pun saat tahun 2015, ketika aku sakit, aku selalu menuliskan semuanya di laptop layaknya buku harian. Sayang, semua dokumen itu ada di hardisk, dan tak mungkin terselamatkan sejak hampir setahun. Dan juga, laptop aku dulu udah jadi bangkai. Laptop aku sekarang adalah pinjeman dari temen online aku, emang manusia itu ga semuanya jahat, ada juga yang baik. Buat kamu temen online, maaf ya laptopnya aku pake lama, nanti kalo aku udah siap makenya, pasti aku balikin, aku janji. 

For you all, kemungkinan besar yang baca ini pasti tahu blog aku dan tahu siapa aku, dan makasih udah support aku, makasih udah bantu nyenengin aku di saat bingung ngerjain laporan waktu itu. Makasih juga buat selebtwit yang udah mau follback aku dulu dan sekarang hehe, aku sumpah gayakin kalo kalian bisa kenal samaku :(. Makasih buat mutual yang udah jbjb hehehe, aku bukan siapa-siapa kok hehe. 

Dan aku juga ingin kalian mendoakan Wina Mardianti, temen online aku juga yang sudah meninggal tahun kemarin karena ada orang keji yang sekarang udah bunuh diri juga. Semoga amal ibadahnya diterima di sisiNya. Amin. :')  
Continue reading →
Friday 13 March 2020

Sepenggal Kisah

0 comments



 I never feel a pain like this, not what I want. Im just thinking that I always regret everything until I cry. I always write something useless than make a writing to my book. I’ll always be fools. And now, I want to give u my pain, so I can breath.

Sore itu semuanya baik-baik saja. Ia dan rekannya itu sedang mencari pemandangan yang bagus agar bisa cocok dengan simetris wajahnya. Semuanya berlalu dengan baik, walaupun rekannya itu sempat keracunan makanan Bersama teman-temannya yang lain hingga tidak masuk kelas karena sakit. Tapi semuanya juga bisa berubah menjadi tidak baik.

Saat hari mulai menjelang maghrib, dan ia pun hendak pulang. Namun sesuatu terjadi, suara dentuman keras memekakkan telinganya. Ia bahkan tidak bisa bernapas karena melihat benda berharga itu kini jatuh dan terlihat belakangnya yang berwarna hitam. Entah layarnya retak, keyboardnya rusak, atau bahkan  tidak bisa hidup sama sekali.


Pikirannya buyar, ia bahkan menyesali berulang kali tentang apa yang barusan terjadi. Kakinya tak sanggup untuk pulang, sampai rekannya datang dan menenangkannya. Tapi bukan suatu sambutan  baik, karena sekarang dirinya sedang berada pada kondisi hati yang buruk. Bahkan tangisan itu hendak tumpah saat semua temannya memanggil untuk pulang.


Ia berulang kali menyesali sampai dalam benaknya, ia hanya berpikir bahwa ia adalah manusia yang ceroboh. Tidak ada satu pun yang cocok baginya untuk disimpan apalagi benda berharga, pasti rusak. Teringat lagi ke jaman di mana laptopnya benar-benar menjadi bangkai karena terkena banjir yang ia buat sendiri. Itu hampir saja menenggelamkan ijazahnya dan berkas penting lainnya.


“Makan dulu?” tanya rekannya bahkan saat masih perjalanan pulang. Tapi ia hanya menatap kosong, seperti kehilangan semangat hidup. Di sisi lain, ia menyadari bahwa rekannya juga punya masalah yang berkaitan dengan lomba yang ia daftarkan. Ia merasa bersalah untuk terus menerus mengabaikan rekannya itu. Tapi apa pun yang terjadi, itu memang keputusan yang sulit.


“Aku masih sakit karena keracunan tadi, dan harusnya dosen itu mengerti.” Rekannya berujar sambal mengarahkan motornya menuju rumah makan terdekat untuk membeli nasi yang dijanjikan padanya. Ia berusaha menolak, tapi tidak ada tanda-tanda rekannya itu untuk memutar arah. Semua keluhan yang disampaikan padanya hanya menjadi boomerang karena sekarang kondisi hatinya makin tidak baik.


Bahkan saat nasi itu sampai padanya, dan rekannya itu mengantar pulang, hatinya semakin tidak baik. Ia menyukai rekannya itu, dan masih berharap untuk dihibur. Sayangnya, keduanya sama-sama dalam kondisi yang tidak baik sehingga ia hanya bisa menahan sesak di dada.


“Besok aku jemput, aku janji kita pergi.” Rekannya berteriak lantas mengungkit perjanjian bahwa mereka akan pergi di hari Sabtu karena ada acara temannya yang lain. Tapi ia mengabaikannya, ia bahkan menolak untuk pergi dan tidak selera makan. Rasanya ingin ia biarkan perutnya kosong hingga membutanya mati kelaparan. Tapi ia masih ada akal sehat karena merasa masih memiliki orang tua. Ayahnya sakit, dan sudah tiga hari masuk Rumah Sakit. Ayahnya yang selalu bekerja sehari-hari dan memberikannya nafkah bahkan saat ia menyadari ia lebih berkecukupan di sini, daripada orang tuanya di kampungnya.


“Jangan kasih tau anak, nanti mereka khawatir.” Begitulah percakapannya tadi pagi Bersama ibunya yang berulang kali menelpon tapi tidak diangkatnya.

Teringat lagi kisah di mana ia merasa malu memiliki ayah karena ayahnya berperawakan tinggi besar, gondrong, layaknya preman. Semua orang di kelas takut padanya layaknya takut pada ayahnya. Ini tidak berakhir baik, tidak semua benar-benar menghargainya karen ia memang hebat, tapi karena takut sewaktu-waktu jika ia memberi tahu ayahnya.

Ia benar-benar menyesali saat ayahnya tahu bahwa ia sangat malu memiliki ayah berperawakan seperti itu, apalagi saat itu ia pernah ditampar hingga mimisan. Semuanya berakhir tidak baik saat ia sakit di tahun 2015 dan kemudian semakin membenci ayahnya.

Hidup memang tidak adil, siapa sangka di tahun 2020 ayahnya malah sakit keras. Ia bahkan tidak menyangka semua ini bisa terjadi. Satu hal yang disesalinya dalam hidup adalah bahwa ia tidak bisa mendapat cumlaude karena pernah mengulang satu matkul walaupun ibundanya tidak tahu. Semuanya benar-benar tidak diduga, ia bahkan terlalu berleha-leha untuk belajar di kampusnya.

Ia harus melakukan suatu hal yang bermanfaat yang bisa menghasilkan uang agar semuanya bisa baik-baik saja. Dari dulu ia ingin sekali menerbitkan buku tapi tidak pernah kesampaian karena rasa malasnya. Dan selalu saja menghabiskan waktu bersenang-senang. Semuanya tidak pernah sesulit ini, tidak pernah serumit ini dari yang ia bayangkan. Ia ingin istirahat, sebentar saja untuk mengetahui bahwa ia masih berada di dunia yang sama. Dunia yang selalu mengabulkan permintaannya.

Continue reading →

Labels

Cerpen (37) Wacana (18) Artikel (12) Puisi (8) Drabble (7) Sad Story (7) Review Blog (3) Ulasan (3) Essay (2) Lagi Viral (2) Resensi (2) Review Film (2) Review Series (2) Tips (2) Biografi (1) Quotes (1)