Friday 12 May 2023

Dream

0 comments

 Kemarin malam, aku bermimpi, ayahku dan sekeluarga berkendara seperti yang biasa kami lakukan saat keluarga lengkap. Lalu, di sepanjang perjalanan, aku tak henti bertanya akan kemungkinan yg terjadi saat ini, bahwa alasan orang pergi meninggalkan keluarganya tiba-tiba, 

"Ayah, menurut ayah bagaimana orang yang meninggal tiba-tiba?" Ayah hanya melihat dari kaca spion menatap kami anak-anaknya sambil tersenyum. 

"Baguslah. Ia mungkin tidak akan menyusahkan siapapun." Aku seketika meneteskan air mata mendengarnya. Di mimpi itu pula, aku melihat ayah tersenyum lebar dengan wajahnya yang chubby sepertiku, tubuhnya yang tegap berisi.

"Anakku, umurmu sudah lebih dari dua puluh tahun, jaga dirimu baik-baik ya,  jaga adik-adik juga." Aku kemudian memeluk ayahku dan terbangun dari mimpi itu sembari aku menangis tersedu-sedu.

Aku lalu menelfon ibunda dan mengatakan apa yang terjadi. "Ayah meminta doa, Nak." Ibuku menjawab. Setiap hari dan setiap waktu tak pernah aku berhenti memikirkan ayahku yang meninggal di 26 Ramadhan itu, tepatnya di tanggal 17 April 2023. Selamanya, aku akan membenci hari itu.

Lalu aku mencari tahu apa lagi arti dari mimpi itu, dan di antaranya, merasa bersalah, dan sangar merindukannya. Ya, bahkan kerinduan itu tak terhingga datangnya. Dengan cobaan yang kerap menimpa keluargaku terutama ayahku itu, aku sangat ingin membahagiakannya. Tapi yang kulakukan ini, tak sempat membuatnya bangga. Kebanggaannya terhenti di saat aku menginjak SMA. 

Lalu aku memutuskan kuliah dan merantau ke luar kota meninggalkan orang tua yang berhasil mendidik anak pertamanyaa. Di kotaku, banyak orang yang berhenti sekolah tinggi terutama di daerahku karena tidak semua orang beruntung, dan aku salah satunya. Setiap menit dan detik, aku masih terus menyalahkan diriku, aku terlalu fokus dengan orang lain sampai tidak sadar bahwa ayahku masih menipuku dan ibuku. Terlihat baik dan sehat setiap hari, namun tak tahu sakit apa yang dirasa di kala ia tertidur pulas di tengah malam itu, dan malaikat merenggut nyawanya.

Aku, di perjalanan pulang  tertidur pulas tanpa mengangkat telpon hingga supir itu membangunkanku dan mendengar kabar duka dari adikku sendiri. "Ayah, udah gak ada, Kak." Rasanya seperti mimpi tapi hatiku terasa sakit, gelisah sepanjang malam sambil menatap kosong jalan dan menangis berderai air mata. Hidupku benar-benar berubah, rasanya aku tidak sanggup lagi bahagia. Mengejar mimpi mungkin iya, tapi melanjutkan hidup, aku sudah pasrah. Rasanya, aku tidak pantas mencintai siapa-siapa lagi. Aku berharap nyawaku saja yang direnggut saat ini jika kemungkinan bisa diganti. 

Sebagai anak pertama, aku juga ingin ayahku menikahkanku, dan melihat laki-laki pilihanku menggendong anak yang akan menjadi cucu ayahku nanti. Ibuku pernah bercerita bahwa banyak teman ayahku bertanya cucu ayahku di mana, dan ayahku hanya menjawab, "Belum ada rezeki." Itu serta merta membuatku semakin sedih, karena selama ini ayah tak pernah menuntutku apa pun. Begitu rendah hati dan perhatiannya dia. 

Aku akan membalas dendam orang-orang yang menyakiti ayahku, keluar dari lingkungan buruk daerahku, dan pergi jauh membawa keluargaku. Seandainya pun aku harus bersama orang lain, ia harus siap memperhatikan keluargaku juga karena sosok ayah sudah tiada, dan hanya bisa didoakan di relung hati yang paling dalam. 

Akan panjang jika kuceritakan dan akan kupangkas saja selagi air mataku sudah kuseka dan tidak menetes lagi. 

Continue reading →

Labels

Cerpen (37) Wacana (18) Artikel (12) Puisi (8) Drabble (7) Sad Story (7) Review Blog (3) Ulasan (3) Essay (2) Lagi Viral (2) Resensi (2) Review Film (2) Review Series (2) Tips (2) Biografi (1) Quotes (1)