Monday 11 May 2020

Ramadan Punya Cerita

4 comments

"Ramadan is time to empty your stomach to feed your soul" (Google)


Apa yang terlintas di benak kalian saat mendengar kata Ramadan? Ya, tentu saja berpuasa, berbuka, sahur, dan yang paling penting adalah tarawih. Tapi jujur saja, Ramadan kali ini bukan Ramadan biasa, tapi penuh dengan cobaan. 

Salah satunya adalah Covid 19, perkembangan virus mematikan itu membuat semua orang mulai was-was untuk keluar rumah. Bahkan ada yang takut untuk sholat, bekerja, menghidupi keluarganya. Termasuk ayahku, ia memilih untuk bekerja di rumah, selagi pun kondisinya juga sedang tidak sehat, bukan karena virus itu, tapi karena ada penyakit lain. 

Sebenarnya bukan itu saja yang menjadi halangan, tapi masih banyak, seperti larangan untuk beramai-ramai, buka puasa bersama, atau ingin sekedar bercengkrama di restoran ternama. Semuanya dilakukan pemerintah agar bisa meminimalisir bahkan menghentikan virus itu berkembang. Daerahku bukan seperti daerah pada umumnya, di mana di kota besar sudah banyak yang terjangkit virus ini, sedangkan di daerahku, hampir tidak ada. Bahkan jikalau ada pun, sudah langsung ditangani seperti kasus penjual ayam di seberang Masjid Agung Kota Sibolga. 

Seorang laki-laki yang mengikuti tes tentara dan kemudian diketahui bahwa dia terjangkit corona, dan penjual ayam itu adalah pemilik kos di mana laki-laki itu tinggal. Oleh sebab itu, beberapa hari mereka dikarantina, lalu dipulangkan karena baik-baik saja. Sebatas itulah perjuangan di kota ini, hanya saja pemerintah di sini tidak kalah ketatnya.

Gerbang samping Masjid Agung Kota Sibolga

Sebagai Remaja Masjid Agung Kota Sibolga, kami sering ditugaskan untuk menjaga sabun-sabun di depan gerbang, dan masing-masing memiliki alat pengukur suhu. Ini dilakukan setiap hari khususnya sebelum shalat tarawih karena cuaca malam memang sangat rawan. Selain itu, di hari pertama berpuasa, kami membagikan masker untuk jamaah yang tidak membawanya. Kala itu memang cukup teratur, kamu juga tidak kewalahan karena jamaah tidak sebanyak Ramadan tahun lalu. 

Menara Masjid Agung Kota Sibolga


Tapi ini hanya untuk orang remaja dan dewasa, anak-anak dihimbau untuk shalat di rumah saja, begitu pun perempuan sebetulnya tapi karena aku juga ingin tarawih, selesai menjalankan tugas aku langsung mengambil shaf paling depan. Jangan lupa, di sini sering hujan, jadi kipas-kipas yang terlalu dekat agak dijauhkan.

Perjuangan kami tidak sampai di situ, sebelum berbuka puasa tepatnya sekitar jam 17.30, kami harus menyajikan kue-kue untuk jamaah yang buka puasa di Masjid, aku ingat sekali tahun lalu orang-orang di sini sangat ramai, dan kue-kuenya juga selalu kurang, tapi berbeda kali ini, banyak makanan yang berlebih dan oleh karena itu, kami membagikan dengan rata agar semuanya bisa terasa berkah. Kebaikan-kebaikan seperti inilah yang sering kali dijumpai setiap Ramadan.

Semua orang berlomba-lomba untuk bersedekah, khususnya kepada orang yang hendak berbuka. Kami selalu mencuci tangan dengan bersih sebelum menyajikan kue, mie, bubur, teh manis, setidaknya itulah yang paling kuingat sering diberikan oleh orang-orang. Kebersamaan kami bukan untuk diri sendiri, tapi untuk kemajuan Masjid Agung ini, karena sudah beberapa hari ini, tadarus juga tidak diadakan dikarenakan malam hari banyak angin malam yang tidak menyehatkan. 

Tapi kebaikan itu terbukti, kemarin malam mulai diadakan tadarus, tepatnya setelah Nuzulul Qur'an. Pesertanya tidak sembarang, orang-orang yang biasanya dari Masjid lain berdatangan, maka kali ini tidak diperbolehkan. Tentu saja yang menjadi peserta adalah Remaja Masjid Agung Kota Sibolga. Kami berusaha secepat mungkin untuk mengkhatamkan Qur'an jauh sebelum hari raya. Bahkan kami berencana untuk membaca masing-masing satu juz agar tidak ketinggalan. 

Sebagai seorang mahasiswa, tentunya tidak lupa jika aku bukan libur, melainkan kuliah online.Isunya juga ini akan berlangsung sangat lama, aku bahkan merindukan kelasku, teman-temanku di Kota Medan, dan merindukan praktikum bersama mereka. Ada beberapa yang menurutku suatu kebahagiaan, tapi sebagian lagi adalah musibah. Pertama, aku tidak akan bisa mengikuti kerja praktek tahun ini padahal tahun depan aku harusnya bisa menyusun skripsi. Kedua, paket di sini tergolong mahal, beda dengan saat di Kota Medan. Ketiga, aku tidak akan bisa berkumpul bersama teman kuliahanku, atau sekedar untuk buka bersama seperti tahun sebelumnya.

Dan kebahagiaanku yang paling aku rindukan adalah pulang kampung, dan berkumpul bersama keluarga. Setidaknya inilah yang mengobati hatiku jika selalu di rumah. Makanan rumah memang selalu lebih enak dibandingkan makanan apa pun. Oleh sebab itu, aku masih bisa menikmati kuliah online di rumah aja. Selagi pun, adikku yang kuliah di Padang juga pulang, jadi kami benar-benar fokus untuk mengikuti kinerja Remaja Masjid Agung. 

Banyak yang mengeluh lantaran work from home hanya untuk orang-orang kaya. Karena buruh tidak bisa hanya berdiam di rumah. Kakak sepupuku contohnya, setiap hari bekerja di pasar, memakai masker, bahkan jika ada isu lockdown pun, toko mereka tetap buka. Sama halnya dengan salah satu senior di Remaja Masjid Agung, namanya Eki, ia tiap hari ke sana kemari untuk menghidupi keluarganya, bahkan saat rapat saja biasanya terlambat. Pernah sekali beliau bercerita bahwa, "Kita memang harus menjaga diri dari corona, khawatir itu wajar, tapi bagaimana mungkin buruh seperti kami ini, harus di rumah juga? Jika ada bantuan pemerintah dalam bentu uang per bulan tidak masalah, jadi apa pun yang menjadi pilihan kita, semoga selalu dirahmati Allah."

Tidak ada yang pernah membenci beliau, dia sangat dihormati. Seperti malam Nuzullul Qur'an kemarin, kami menampilkan nyanyian "Lailatul Qadar" dan "Bismillah" oleh Haddad Alwi di depan jamaah. Biasanya malam Nuzullul Qur'an akan sangat meriah di depan Masjid, ustadz berceramah di atas panggung, akan banyak jamaah yang duduk di depan dan menyaksikan dengan sangat khidmat. Tapi kali ini semuanya dilaksanakan di dalma masjid. Orang-orang yang menghadiri juga tak lain jamaah itu sendiri, termasuk kami yang bertugas membagikan jeddah ke para hadirin. 

Penampilan kala itu didominasi oleh Bang Eki selaku vokalis dari vokal grup kami. Suaranya sangat indah, dan bergema saat didengar, Banyak orang yang memotret, memvideokan penampilan kami itu. Kami sangat bersyukur semuanya berjalan dengan lancar. Bahkan Ketua BKM sangat terkesan dengan kinerja kami. Dan insyaallah jika jamaah selalu teratur seperti ini dan sama sekali tidak ada yang melanggar aturan, bisa jadi sholat ied akan diadakan pula. Dan kami akan sangat bersyukur jika itu terjadi. 

Mungkin banyak yang heran, kenapa di Kota Sibolga ini masih diadakan tarawih, tidak seperti kota-kota lain. Ya, banyak masjid yang masih mengadakan tarawih, bedanya dulu ceramah itu waktunya agak panjang jadi pulang tarawih hampir jam sepuluh malam. Namun Ramadan tahun ini, ceramahnya sangat singkat, bahkan jam setengah sepuluh, orang-orang sudah pulang dari Masjid, termasuk kami. Oleh sebab itu, ketua BKM sangat percaya dengan kami. 

Suasana Tarawih di Masjid Agung Kota Sibolga


Semua orang berharap agar selalu dilimpahkan rahmat bagi orang-orang yang beribadah tak henti di bulan puasa. Zakat fitrah juga sudah dibuka, dan teman-temanku juga banyak yang sudah kebagian tugas menjaga di Masjid, maupun berjalan ke rumah-rumah. Pengalaman itu sebenarnya sudah aku rasakan sejak SMP, tapi dulu pemerintah belum mewajibkan di rumah aja, jadi banyak hal yang berubah. Contohnya, buka bersama, berkumpul menjalankan zakat fitrah, duduk makan bersama, dan lain sebagainya. Dan yang paling aku rindukan saat ini adalah, Ramadan Fair.

Jika ada yang belum tahu, itu adalah suatu acara yang diselenggarakan setiap Ramadaan berupa lomba dan pameran. Seperti busana muslim, lagu religi, band religi, perkusi, dan lain sebagainya. Hadiahnya juga lumayan, dan makanannya juga sedap. Tapi itu sirna, karena jika kalian melewati Masjid, bukan itu yang ditemukan, melainkan jalanan kosong. Jadi banyak penjual yang lebih memilih mensedekahkannya ke Masjid untuk para jamaah. Dan itulah yang kami lakukan setiap hari.

Sebagai mahasiswa ada yang menjadi hak dan ada yang menjadi kewajiban. Aku tak henti mengikuti daring setiap pagi, siang, atau sore. Mengerjakan tugas, mengisi kehadiran untuk mengikuti UAS online nanti. Tapi untung saja, ada bantuan dari pihak USU untuk membeli paket internet yang disalurkan melalui transfer. Jadi semuanya bisa melakukan apa saja walaupun di rumah. Kebaikan-kebaikan yang dilakukan itu tidak akan pernah dibiarkan begitu saja, melainkan tumbuh, dan membuahkan hasil yang baik.

Sebenarnya tidak ada Ramadan yang berbeda, hanya masalah waktu dan diri masing-masing. Kita tidak akan pernah bangkit jikalau selalu mengeluh apalagi hanya karena merasa tidak bebas di bulan ini. Banyak yang sebelumnya hobi begadang jadi sering tidur cepat, yang biasanya masih di luar keluyuran akhirnya di rumah saja, dan masih banyak lagi. Persepsi itulah yang harus kita tanamkan dalam diri masing-masing, karena siapa lagi yang menghentikan virus ini kalau bukan dari kita. Penyebaran itu cukup di kota besar saja dan ditangani sampai sembuh oleh pejuang medis di luar sana. 

Jangan pernah sepele hanya karena merasa kebal, karena banyak orang kuat seperti artis Andrea Dian yang selalu berolahraga juga terjangkit corona, dan alhamdulillah dia sudah sembuh karena mau patuh terhadap aturan. Indonesia, semoga lekas membaik. Lekas menjadi Indonesia yang merdeka sekali lagi, yang masyarakatnya mendengarkan himbauan, tidak semena-mena, tidak berbohong, dan selalu berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Bhinneka Tunggal Ika, berbeda tapi tetap satu untuk tujuan yang sama-sama membawa kebaikan. Khususnya membasi corona virus disease (covid 19)  dengan melakukan social distancing, mencuci tangan dengan bersih, dan selalu memakai masker ke mana pun, dan kapan pun kalian pergi.



Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Competition "Ceritaku Dari Rumah" yang diselenggarakan oleh Ramadan Virtual Festival dari Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan"


4 comments:

  1. semoga ayahnya lekas sehat kak...

    mantap nih perjuangan remaja Masjid di situ, keren.... lanjutkan kebaikan kalian kak....


    oh iya, ngomong-ngomong saya juga ikutan lomba blog ini, kalau berkenan silakan mampir kak di sini:
    Berbuat Baik Bisa dari Rumah #CeritakuDariRumah

    ReplyDelete
  2. Semoga menang mbakkk..amiinnn..

    ReplyDelete

Terima Kasih telah membaca. Akan sangat dihargai jika diberi kritik dan saran juga hal menarik lainnya yang akan dibahas :)

Labels

Cerpen (37) Wacana (18) Artikel (12) Puisi (8) Drabble (7) Sad Story (7) Review Blog (3) Ulasan (3) Essay (2) Lagi Viral (2) Resensi (2) Review Film (2) Review Series (2) Tips (2) Biografi (1) Quotes (1)