Sunday 14 June 2020

Diri Manusia

1 comments




“Mohon maaf Mba, jika ingin masuk ke dalam silahkan pakai masker terlebih dahulu.” Husna menghela napas sembari keluar dan menaiki sepeda motornya. Kakaknya di belakang hanya geleng-geleng kepala lantaran Husna sudah diingatkan oleh Rahma.
“Tuhkan, aku bilang juga apa. Jadinya bolak-balik gini, kan,” ujar Rahma. Husna membawa sepeda motor itu dengan hati-hati menuju rumahnya. Di sepanjang jalan, memang daerah itu punya spanduk bertuliskan, “Daerah Wajib Pakai Masker”. Tapi, seperti yang dijelaskan tadi, Husna orangnya memang keras kepala.
Sebenarnya yang di pikiran Husna sepanjang jalan adalah kapan pandemic ini akan berakhir, ia terlalu lelah untuk tetap berada di rumah. Ia merindukan masa di mana karaokean bersama sahabatnya, makan bersama, jalan-jalan, dan berfoto di mana pun kita mau. Andai kondisinya tidak seperti saat ini, orang-orang selalu was was untuk makan di manapun, berfoto di manapun, takut jika ada orang lain yang positif COVID 19 dan memegang tempat-tempat di area tersebut.
Seperti yang diketahui banyak orang, coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Bahkan jenis ini bisa menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
“Husna, ditanyain itu sama satpamnya mau ngapain? Kamu kok melamun terus sepanjang perjalanan.” Rahma menepuk pundak Husna yang baru tersadar akan lamunannya. Mereka duduk sembari menungu antrian dan sesekali melihat perkembangan COVID 19. Sudah ada 784 orang yang meninggal akibat virus mematikan ini di Indonesia. Bahkan ia yang seharusnya kuliah di luar kota harus mengikuti kuliah online.

Setelah Husna selesai mengurus m-bankingnya, mereka pun pulang dan seperti biasa membantu ibunda memasak untuk menyiapkan makan malam. Beberapa kali ibunda terlihat mengeluh sejak bertahan di tengah COVID 19. Banyak bahan pokok yang naik harganya. Untuk itulah, Husna dan Rahma selalu membantu ibu berbelanja.

“Kalian harus hati-hati ya, tukang ayam yang di depan, ada yang terkena corona,” ujar ayahnya. Sebenarnya Husna dan Rahma sama-sama tahu karena beritanya sudah tersebar. Sebenarnya, tukang ayamnya tidak kena, hanya saja laki-laki yang kos di situ yang positif, hal ini diketahui karena laki-laki tersebut mengikuti tes tantara dan berakhir diisolasi. Untung saja, masyarakat dan pemerintah cepat tanggap sehingga di kota ini belum ada satu pun yang kena.

Sejak berita ini menyebar, orang-orang semakin was-was bahkan hampir semua toko memiliki alat untuk menunjukkan suhu badan untuk meminimalisir corona. Bahkan pekerja-pekerja masih ada yang belum lockdown  karena mata pencaharian mereka hanyalah bekera di lapangan. Hal itu pula yang dirasakan Dewi, kakak sepupunya.

“Jadi kalian tetap seperti ini? Tanpa masker?” tanya Husna ketika selesai membeli bahan makanan dan singgah di toko Dewi.

“Ya, begitulah. Kadang-kadang pembelinya sering memaksa untuk cepat, padahal tangan kami cuma dua. Selagi pun, di sini memang orang-orang jarang pakai masker karena komunikasinya lama dan harga masker pun mahal,” jawab Dewi.

Husna dan Rahma saling melihat satu sama lain. Mereka tidak tega melihat orang-orang yang bekerja di lapangan tidak memakai masker dan kemungkinan terjangkit virus mematikan ini. Untuk itulah, mereka berinisatif untuk membelikan stok masker. Kebetulan teman Rahma ada yang berjualan masker dan murah.

Keesokan harinya, mereka mendatangi toko itu lagi, dan kemudian hendak membeli sesuatu kalua tidak saja suara teriakan itu membuat membuat mereka terkejut. Pemilik toko itu sepertinya terlihat marah dan membentak pekerjanya. Mereka melihat dengan mata nanar dan kemudian mendatangi pekerja itu ketika pemilik toko itu pergi.

“Ini, jangan lupa dipakai ya, sekalian handsanitizernya dibagi-bagi ya,” kata Husna sembari membagikan masker dan handsanitizer yang sudah mereka pesan.

“Dia memang suka galak, apalagi saat panas dan ramai begini, terima kasih ya,” jawab Dewi sembari memeluk mereka berdua. 

Kadang-kadang inilah yang dibutuhkan pada setiap diri manusia. Saling berbagi, saling melindungi satu sama lain. Tidak mangacuhkan peraturan pemerintah hanya karena kota itu belum terkena virus mematikan itu. Husna dan Rahma pulang setelah membagikan benda itu. Rutinitas yang ia lakukan setiap hari adalah kuliah online, begitu pun dengan kakaknya.

Hanya saja, kakaknya lebih sering menggunakan waktu luang untuk bermain mobile legend daripada belajar. Sedangkan Husna lebih memilih on social media dan melihat video tiktok orang-orang khususnya yang lagi viral karena petugasnya adalah perawat COVID 19. Setidaknya sebagai mahasiswa hanya itulah yang bisa mereka lakukan.

1 comment:

  1. sedih ya kak kondisi pandemi ini merubah segalanya, semoga segera berlalu :)

    ReplyDelete

Terima Kasih telah membaca. Akan sangat dihargai jika diberi kritik dan saran juga hal menarik lainnya yang akan dibahas :)

Labels

Cerpen (37) Wacana (18) Artikel (12) Puisi (8) Drabble (7) Sad Story (7) Review Blog (3) Ulasan (3) Essay (2) Lagi Viral (2) Resensi (2) Review Film (2) Review Series (2) Tips (2) Biografi (1) Quotes (1)