Sunday, 3 November 2019

Truth or Dare [4]

0 comments

"Dare or Dare? Bukankah permainannya antara Truth or Dare?" Aku bertanya tapi tidak ada jawaban. Sampai seseorang lagi mengetuk, dan kukenali suara berat di balik pintu sana. Dide, sahabat kecilku yang kutahu menyukai Murni sejak pertama kali aku memperkenalkan mereka.  Sayangnya, Murni lebih memilih Usai.

"Aku ke sini ingin mengabarkan sesuatu, Ibumu Sin, babak belur, katanya seseorang memukulnya." Dide membuat jantungku berdebar lagi, sakit sekali rasanya. Aku ingin pulang, aku harus meninggalkan mimpi buruk ini.

Namun belum sempat aku beranjak, pintu itu tertutup dan sulit rasanya dibuka. Seolah suara itu sangat dekat sekali, dia masih menyuruhku memilih Dare. Jika aku tidak menjawab selama satu menit, sesuatu akan terjadi padaku. Aku memilih untuk tidak percaya dan masih berkutat melawan pintu sampai Usai akhirnya bersuara dan menyuruhku untuk melakukan Dare sebelum semuanya berakhir tragis.

"Dare," ucapku. Akhirnya suara itu menghilang, tapi tidak untuk beberapa saat karena kemudian dia datang lagi dan membawakan tantangan yang di luar dugaanku. Dia menyuruhku untuk menampar Usai seperti sakit hatiku pada ayahnya. Jika kau bersikap lembut, maka aku berbohong dan aku tidak ingin sesuatu terjadi.

Murni melihatku dengan berkaca-kaca, sedangkan Dide memegang bahuku agar tak kulakukan hal keji itu. Dan tanpa kusadari, tanganku melayang dan menampar Usai dengan sangat keras sampai Usai terbaring dan Murni mengusap pipinya yang merah.

Dide yang melihat kejadian sadis itu akhirnya berontak dan menyuruh sosok itu bertanya pada dirinya. Dia tidak percaya dengan hal itu sampai, suara itu datang lagi dan menyuruhnya memilih antara Truth atau Dare. Dide tidak menjawab apa pun, dia bahkan menantang sosok itu untuk datang sembari dia memegang pisau sewaktu-waktu ingin membunuh.

Tapi beberapa detik kemudian, Dide malah mengarahkan pisau itu ke dirinya sendiri seolah ingin membunuh. Aku tidak membiarkan itu terjadi, aku menahan pisau itu sekuat yang kubisa dan akhirnya membuangnya. Dide termenung, dan akhirnya sadar bahwa permainan itu tidak main-main. Itu bukan lagi suatu permainan.

"Ceritakan kejadian seminggu yang lalu saat berada di jembatan. Akan kucabut kutukannya."

Leave a Reply

Terima Kasih telah membaca. Akan sangat dihargai jika diberi kritik dan saran juga hal menarik lainnya yang akan dibahas :)

Labels

Cerpen (37) Wacana (18) Artikel (12) Puisi (8) Drabble (7) Sad Story (7) Review Blog (3) Ulasan (3) Essay (2) Lagi Viral (2) Resensi (2) Review Film (2) Review Series (2) Tips (2) Biografi (1) Quotes (1)