Sunday, 3 November 2019
Truth or Dare [End]
Pertanyaan itu bukan untukku, melainkan untuk Murni. Karena sekarang dia terduduk menatap ketakutan padaku. Murni menutup mata sembari berkata, "Malam di mana aku melihat Sinta dan Usai berdua, mereka membicarakanku yang terlalu memohon cinta pada Usai. Padahal nyatanya, mereka saling mencintai. Sinta merelakan perasaannya seolah Usai memang memilihku padahal nyatanya ini semua adalah rekayasa. Aku juga tahu bahwa satu-satunya yang mencintaiku hanya Dide. Tapi Dide juga merelakan perasaannya pada Usai. Aku adalah benalu di sini, bukan?"
Aku tertegun. Murni ternyata mengetahui perjumpaan malam itu, awal dari semua kisah adalah memang karena Usai menyukaiku dan aku juga menyukainya hanya saja aku selama ini berpura-pura. "Dan aku mengetahui alasan kenapa kalian hanya berdua di sini, itu karena kau ingin merayakan ulang tahun dia kan, Usai?" tanya Murni sembari membentak.
Dide menunduk perlahan, berusaha menenangkan Murni. Tapi Murni menepisnya, dan melanjutkan, "Dide, kau pikir aku tidak tahu karena siapa orang tua Usai bertengkar. Karena mereka mendengar darimu bahwa Usai sering kali dibully di sekolah, dipukul, itu karena orang tuanya tidak mendidik dia dengan benar, padahal nyatanya, kaulah yang menyebabkan Usai dibully.
Aku tertegun kembali, ini permainan yang sangat tidak adil. Ini sangat di luar akal pikiran manusia, bagaimana sosok itu bisa tahu detail apa saja yang terjadi antara semuanya. Aku kemudian menutup mata dan memegang tangan Usai jika sewaktu-waktu ada yang terjadi, juga menggenggam tangan Dide. Berada di antara mereka dan Murni di hadapanku walaupun aku tidak bisa melihat eskpresi wajahnya.
"Kutukan itu hanya bisa dipatahkan oleh pembuatnya, sebutkan nama panjangnya."
Suara itu datang lagi, muncul dan membuat semua menoleh saat lampu itu akhirnya hidup, dan hanya satu orang yang bersuara, "Namaku, Dide Karisma."
Murni menatap sekeliling dan akhirnya terjatuh pingsan. Aku menenangkan Usai yang hendak memukul Dide karena kutukan itu berasal darinya. Aku tidak tahu apa yang terjadi malam itu sampai sebuah sosok bisa menghampirinya. Tepat saat itu ayah Usai dan ibuku benar-benar datang dan memeluk kami berdua. Aku memeluknya erat, walaupun dalam hati terasa sakit.
Ibuku dan ayah Usai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Bahwa itu tidak seperti yang mereka pikirkan. Sedangkan Dide masih tidak berkutik, dia hanya menggumam sembari berkata, "Aku tidak tahu sosok apa itu, dia seolah mengikutiku, sekali aku memainkan permainan itu bersama temanku, sosok itu mengikutinya, sama seperti itu mengikuti kalian. Maafkan aku, karena aku juga tidak ingin terkena kutukan itu."
Murni kemudian bangun, dan meminum segelas air putih sembari Dide di sampingnya menatap dengan tulus. Usai dan aku di sisi lain juga merasa khawatir terhadap Murni. Murni menatapku lama dan akhirnya memelukku. Mengucap penyesalan akan semua yang terjadi, mengucapkan belasungkawa juga terhadap Usai, dan mengucapkan permintaan maaf karena tidak pernah menyadari kehadiran Dide.
Malam itu, malam terpanjang menuju Halloween. Menyisakan beberapa kenangan, untuk tidak memainkan permainan di luar akal itu. Aku dan Usai memutuskan untuk tetap merasakan perasaan yang sama hingga akhirnya tiba sementara Murni dan Dide juga menjadi sahabat sampai Murni bisa menerimanya. Permainan termudah, tapi kemudian menjadi tersulit karena teka-teki iu ternyata lebih rumit dari yang seharusnya. :")
***
Tulisan ini fiktif oleh penulis dan merupakan tantangan pekan akhir untuk RWC ODOP BATCH 7. Selamat Membaca. :)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)