Thursday 3 October 2019

Lighthouse From Naledi [Chapter 7]

0 comments
 Reverse:
 “Manusiaku ...,” lirih Key sambil mengambil mesentery satu-satunya itu. Tapi sebelum mesentery itu sempat disentuh, kerangka itu tiba-tiba bergerak dan menatap sekeliling untuk kemudian berdiri dan berjalan pelan.


Key yang sebelumnya bersedih akhirnya gembira melihat ciptaannya dapat bergerak tanpa perlu diajari. Ingin Key memeluknya kalau tidak saja manusia baru itu memukul wajahnya hingga memerah.

"Tuan kau memaksakan mesentery cair itu bekerja dan pada akhirnya menyebabkan makhluk itu berubah, tidak menjadi ciptaanmu yang biasanya.” Naledi pertama membantu Tuannya yang berdiri akibat makhluk itu.

"Tidak. Dia ciptaanku. Aku tidak akan meninggalkannya, bahkan bila aku harus mengorbankan nyawaku menjadi manusia seperti dia,” balas Key kasar sambil menutup jalan keluar semua pintu dan menyuruh para Naledi untuk melindunginya.

Dengan kemarahan yang membuncah, Key memeluk manusia baru itu secara paksa agar menyatu dengan dirinya. T

Tapi percuma, manusia baru itu malah melawan dan pada akhirnya membuat Key kehabisan tenaga untuk melawannya. Di saat itulah para Naledi berusaha melumpuhkan manusia baru yang merupakan bagian mereka.

"Organ itu alergi terhadap asam, ambil air liur Tuan dan percikan ke mesentery makhluk itu.” Para Naledi itu langsung bergerak setelah Naledi pertama memerintah.

Key Alfido hanya pasrah dengan sakit yang menggerogoti tubuhnya. Membiarkan makhluk itu mati begitu saja dengan tiga kali percikan asam yang berasal dari Tuannya.

Tanpa Key sadari, Hana, Dewa dan Raka menyaksikan kejadian itu dan perlahan keluar sesaat Key pingsan tak berdaya.

Setelah hal mengerikan itu, Naledi pertama yang dijumpai mereka langsung mengeluarkan mereka dari Gua kecil menuju Gua besar dan akhirnya sampai di balik batu tempat mereka pertama kali berhenti. 

“Biar kuberitahu satu hal, orang normal seperti kalian tidak berada di sini, mereka berada di ujung sana. Berjalanlah lurus sampai kalian menemukan sebuah menara dan di sana seharusnya kalian berada.” Naledi menunjuk menara yang begitu tinggi namun seperti tidak terlihat saat siang hari.

Raka tersenyum dan Hana lebih dulu memeluk Naledi  sambil mengucap perpisahan. Dewa yang awalnya enggan kemudian ikut memeluk Naledi karena bagaimana pun, Naledi yang memopohnya pada saat kakinya terluka.  
“Kau tidak berbohong bukan?” Dewa menyipitkan matanya yang langsung ditatap sinis oleh Hana. 

“Bangsa kami tidak berbohong, manusia normal yang lebih sering melakukan itu,” jawab Naledi. 

“Terima kasih Naledi, kau manusia baru pertama yang kami temui, mungkin bila Naledi lain yang menuntun, pasti kami akan tersesat.” Hana tersenyum sambil melambai walaupun Naledi hanya bisa diam dan memasang raut wajah datar.  

“Naledi ...,” panggil Raka yang membuat Naledi menoleh sebelum masuk kembali ke dalam Gua. “Apa yang akan terjadi dengan Key dan bangsa kalian?”

Leave a Reply

Terima Kasih telah membaca. Akan sangat dihargai jika diberi kritik dan saran juga hal menarik lainnya yang akan dibahas :)

Labels

Cerpen (37) Wacana (18) Artikel (12) Puisi (8) Drabble (7) Sad Story (7) Review Blog (3) Ulasan (3) Essay (2) Lagi Viral (2) Resensi (2) Review Film (2) Review Series (2) Tips (2) Biografi (1) Quotes (1)