Saturday, 26 October 2019

Where?

3 comments


Aku menemukan diriku terbaring di suatu daerah yang aku tidak tahu namanya.
Suhu di daerah itu seperti membekukan sekujur tubuhku,
gaun pengantin yang kukenakan seperti melepuh oleh dinginnya udara.
Lenganku yang tidak dibalut apapun seperti kaku untuk bergerak.
Terakhir kali yang kuingat, aku ingin menikah dengan Bryan,
laki-laki yang sudah menghamiliku.
Setelah aku mengedip beberapa kali, aku melihat seekor penguin,
berkacamata dan memakai helm seperti tokoh kartun.
Dia mendatangiku seakan memberi petunjuk. 
“Ini seperti Tarantino dalam Happy Feet dimana anak-anak penguin mati di
sepanjang pantai di Adelie Land,” ucap bayangan yang berada di langit itu.
Death.” Penguin itu bersuara dan menunjukkan pemandangan mengerikan di sekitar es itu.
Semua penguin yang kurasa jenis Adelie itu mati. 
Luas lautan es di kutub bervariasi setiap tahun,
tetapi perubahan iklim telah membuat fluktuasinya lebih ekstrem.
Banyaknya anak penguin mati karena es laut yang sangat dahsyat
memaksa orang tua mereka melakukan perjalanan lebih jauh untuk mencari makanan.
Ketika kembali, hanya dua ekor dari ribuan anak penguin
yang masih bertahan hidup.
Aku tidak bisa menolong mereka, terlalu lemah untuk berjalan,
sedangkan penguin itu berlari menjauh, dan aku terbaring.
Sembari menutup mata, aku mendengar suara, “Bel, kenapa gaunmu robek?” 

3 comments:

  1. Suka sekali kakak, Mantap, keren sekali tulisannya #semangat

    ReplyDelete
  2. ini post nya kok kaya kepotong ya kak? hehe
    jd gak bisa dibaca seluruhnya

    ReplyDelete

Terima Kasih telah membaca. Akan sangat dihargai jika diberi kritik dan saran juga hal menarik lainnya yang akan dibahas :)

Labels

Cerpen (37) Wacana (18) Artikel (12) Puisi (8) Drabble (7) Sad Story (7) Review Blog (3) Ulasan (3) Essay (2) Lagi Viral (2) Resensi (2) Review Film (2) Review Series (2) Tips (2) Biografi (1) Quotes (1)